.....::: Tak ada keberhasilan tanpa kerja keras,,, Tak ada keberkahan tanpa keikhlasan... . (^_^)

Sabtu, 30 Oktober 2010

Ramah Lingkungan Dalam Pandangan Islam

Secara ekologis, manusia adalah bagian dari lingkungan hidup. Komponen yang ada di sekitar manusia yang sekaligus sebagai sumber mutlak kehidupannya merupakan lingkungan hidup manusia. Lingkungan hidup inilah yang menyediakan berbagai sumber daya alam yang menjadi daya dukung bagi kehidupan manusia dan komponen lainnya. Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang terdapat di alam yang berguna bagi manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk masa kini maupun masa mendatang. Kelangsungan hidup manusia tergantung dari  keutuhan lingkungannya, sebaliknya keutuhan lingkungan tergantung bagaimana kearifan manusia dalam mengelolanya. Oleh karena itu, lingkungan hidup tidak semata‑mata dipandang sebagai penyedia sumber daya alam serta sebagai daya dukung kehidupan yang harus dieksploitasi, tetapi juga sebagai tempat hidup yang mensyaratkan adanya keserasian dan keseimbangan antara manusia dengan lingkungan hidup.Masalah lingkungan hidup dapat muncul karena adanya pemanfaatan sumber daya alam dan jasa‑jasa lingkungan yang berlebihan sehingga meningkatkan berbagai tekanan terhadap lingkungan hidup, baik dalam bentuk kelangkaan sumber daya dan pencemaran maupun kerusakan lingkungan lainnya. Berbagai masalah lingkungan hidup, terutama yang berkaitan dengan pemanasan global, kepunahan jenis flora dan fauna serta melebarnya lubang lapisan ozon, pencemaran dan kemiskinan, telah menjadi masalah global karena meliputi seluruh bagian bumi. Tak satu pun bangsa dan negara di dunia yang luput dari dampak yang ditimbulkan oleh berbagai masalah tersebut. 

PANDANGAN GLOBAL AGAMA MENYOROTI MASALAH LINGKUNGAN HIDUP  


Kristen

Alkitab memperingatkan bahwa kerusakan alam selama ini adalah karena ulah dan kejahatan manusia. Mazmur (107:33-34), misalnya, menyatakan: “Dibuat-Nya sungai-sungai menjadi padang gurun, dan pancaran-pancaran air menjadi tanah gersang, tanah yang subur menjadi padang asin, oleh sebab kejahatan orang-orang yang diam di dalamnya“. Alkitab sebenarnya tidak pernah menyaksikan bahwa Tuhan memberikan hak kepada manusia untuk menguasai dan mengusahakan alam dan sumber dayanya secara eksploitatif dan seenaknya. Sebaliknya, manusia dituntut tanggung jawabnya untuk memelihara dan mengasihi segala ciptaan-Nya.

Hindu

Di dalam Mahabaratha terdapat keterangan bahwa alam adalah pernberi segala keinginan dan alam adalah sapi perah yang selalu mengeluarkan susu (kenikmatan) bagi yang menginginkannya.Ungkapan ini mengandung arti bahwa bumi atau alam yang diibaratkan sebagai sapi perah harus dipelihara dengan baik sehingga banyak mengeluarkan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia. Kalau sapi perah itu tidak dipelihara, apalagi dibantai, niscaya ia tidak akan mengeluarkan susu lagi untuk kehidupan manusia. Dengan kata lain, alam ini apabila dieksploitasi akan membuat manusia sengsara.

Budha

Dalam Karaniyametta Sutta disebutkan, “…hendaklah ia berpikir semoga semua makhluk berbahagia. Makhluk hidup apapun juga, yang lemah dan yang kuat tanpa kecuali, yang panjang atau yang besar, yang sedang, pendek, kecil atau gemuk, yang tampak atau tak tampak, yang jauh ataupun yang dekat, yang terlahir atau yang akan lahir, semoga semua makhluk berbahagia“. Hal ini mengandung arti bahwa agama Budha menolak terjadinya pencemaran dan perusakan alam dan segenap potensinya. 

BAGAIMANA SIKAP RAMAH LINGKUNGAN DALAM PANDANGAN ISLAM ?

Melalui Kitab Suci Al-Qur’an, Allah telah memberikan informasi spiritual kepada manusia untuk bersikap ramah terhadap lingkungan. Informasi tersebut memberikan sinyalamen bahwa manusia harus selalu menjaga dan melestarikan lingkungan agar tidak menjadi rusak, tercemar bahkan menjadi punah, sebab apa yang Allah berikan kepada manusia semata-mata merupakan suatu amanah. Melalui Kitab Suci yang Agung ini (Al-Qur’an) membuktikan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya untuk bersikap ramah lngkungan. Firman Allah SWT Di dalam Al-Qur’an sangat jelas berbicara tentang hal tersebut.  Sikap ramah lingkungan yang diajarkan oleh agama Islam kepada manusia dapat dirinci sebagai berikut : 

1.   Agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengolah  lingkungan serta melestarikannya 

Perhatikan surat Ar Ruum ayat 9 dibawah ini :
ayat-1.jpg
Artinya : Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.  Pesan yang disampaikan dalam surat Ar Ruum ayat 9  di atas menggambarkan agar manusia tidak mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan yang dikwatirkan terjadinya kerusakan serta kepunahan sumber daya alam, sehingga tidak memberikan sisa sedikitpun untuk generasi mendatang. Untuk itu Islam mewajibkan agar manusia menjadi pelaku aktif dalam mengolah  lingkungan serta melestarikannya.Mengolah serta melestarikan lingkungan tercermin secara sederhana dari  tempat tinggal (rumah) seorang muslim. Rasulullah SAW menegaskan dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani :”Dari Abu Hurairah : jagalah kebersihan dengan segala usaha yang mampu kamu lakukan. Sesungguhnya Allah menegakkan Islam di atas prinsip kebersihan. Dan tidak akan masuk syurga, kecuali orang-orang yang bersih” . (HR. Thabrani). Dari Hadits di atas memberikan pengertian bahwa manusia tidak boleh kikir untuk membiayai diri dan lingkungan secara wajar untuk menjaga kebersihan agar kesehatan diri dan keluarga/masyarakat kita terpelihara.Demikian pula, mengusahakan penghijauan di sekitar tempat tinggal dengan menanamkan pepohonan yang bermanfaat untuk kepentingan ekonomi dan kesehatan, disamping juga dapat memelihara peredaran suara yang kita hisap agar selalu bersih, bebas dari pencemaran.Dalam sebuah Hadits disebutkan :”Tiga hal yang menjernihkan pandangan, yaitu menyaksikan pandangan pada yang hijau lagi asri, dan pada air yang mengalir serta pada wajah yang rupawan (HR. Ahmad) 

2.  Agar manusia tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan

Di dalam surat Ar Ruum ayat 41 Allah SWT memperingatkan bahwa terjadinya kerusakan di darat dan di laut akibat ulah manusia.  ayat-2.jpg
Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).  Serta surat Al Qashash ayat 77 menjelaskan sebagai berikut :ayat-3.jpg
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.  Firman  Allah SWT di dalam surat Ar Ruum ayat 41 dan surat Al Qashash ayat 77 menekankan agar manusia berlaku ramah terhadap lingkungan (environmental friendly) dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini. Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Anas, dijelaskan bahwa : Rasulullah ketika berwudhu’ dengan (takaran air sebanyak) satu mud dan mandi (dengan takaran air sebanyak) satu sha’ sampai lima mud”  (HR. Muttafaq ’alaih). Satu mud sama dengan 1 1/3 liter menurut orang Hijaz dan 2 liter menurut orang Irak (lihat Lisanul Arab Jilid 3 hal 400). Padahal hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahputra (2003) membuktikan bahwa rata-rata orang berwudhu’ sebanyak 5 liter. Hal ini membuktikan bahwa manusia sekarang cenderung mengekploitasi sumber daya air secara berlebihan, atau dengan kata lain, setiap manusia menghambur-hamburkan air sebanyak 3  sampai  3 2/3 liter setiap orangnya setiap kali mereka berwudhu’.  Dalam Hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi pernah bersabda :”Hati-hatilah terhadap dua macam kutukan; sahabat yang mendengar bertanya : Apakah dua hal itu ya Rasulullah ? Nabi menjawab : yaitu  orang yang membuang hajat ditengah jalan atau di tempat orang yang berteduh” Di dalam Hadits lainnya ditambah dengan membuang hajat di tempat sumber air.  Dari keterangan di atas, jelaslah aturan-aturan agama Islam yang menganjurkan untuk menjaga kebersihan dan lingkungan. Semua larangan tersebut dimaksudkan untuk mencegah agar tidak mencelakakan orang lain, sehingga terhindar dari musibah yang menimpahnya.Islam memberikan panduan yang cukup jelas bahwa sumber daya alam merupakan daya dukung bagi kehidupan manusia, sebab fakta spritual menunjukkan bahwa terjadinya bencana alam seperti banjir, longsor, serta bencana alam lainnya lebih banyak didominasi oleh aktifitas manusia. Allah SWT Telah memberikan fasilitas daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, secara yuridis fiqhiyah berpeluang dinyatakan bahwa dalam perspektif hukum Islam status hukum pelestarian lingkungan hukumnya adalah wajib (Abdillah, 2005 : 11-12). 

3.  Agar manusia selalu membiasakan diri bersikap ramah terhadap lingkungan  

Di dalam Surat Huud ayat 117, Allah  SWT berfirman :
 ayat-4.jpg
Artinya : Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan. 
Fakta spritual yang terjadi selama ini membuktikan bahwa Surat Huud ayat 117 benar-benar terbukti. Perhatikan bencana alam banjir di Jakarta, tanah longsor yang di daerah-daerah di Jawa Tengah, intrusi air laut, tumpukan sampah dimana-mana, polusi udara yang tidak terkendali, serta bencana alam di daerah atau di negara lain membuktikan bahwa Allah akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, melainkan penduduknya terdiri dari orang-orang yang berbuat kebaikan terhadap lingkungan.Dalam suatu kisah diriwayatkan, ada seorang penghuni surga. Ketika ditanyakan kepadanya perbuatan apakah yang dilakukannya ketika di dunia hingga ia menjadi penghuni surga?. Dia menjawab bahwa selagi di dunia, ia pernah menanam sebuah pohon. Dengan sabar dan tulus, pohon itu dipeliharanya hingga tumbuh subur dan besar. Menyadari akan keadaannya yang miskin ia teringat bunyi sebuah hadits Nabi, “Tidak seorang muslim yang menanam tanaman atau menyemaikan tumbuh-tumbuhan, kemudian buah atau hasilnya dimakan manusia atau burung, melainkan yang demikian itu adalah shodaqoh baginya”. Didorong keinginan untuk bersedekah, maka ia biarkan orang berteduh di bawahnya, dan diikhlaskannya manusia dan burung memakan buahnya. Sampai ia meninggal pohon itu masih berdiri hingga setiap orang (musafir) yang lewat dapat istirahat berteduh dan memetik buahnya untuk dimakan atau sebagai bekal perjalanan. Burung pun ikut menikmatinya. Riwayat tersebut memberikan nilai yang sangat berharga sebagai bahan kontemplasi, artinya dengan adanya kepedulian terhadap lingkungan memberikan dua pahala sekaligus, yakni pahala surga dunia berupa hidup bahagia dan sejahtera dalam lingkungan yang bersih, indah dan hijau, dan pahala surga akhirat kelak di kemudian hari.Untuk mendapatkan dua pahala tersebut seorang manusia harus peduli terhadap lingkungan, apalagi manusia telah diangkat oleh Allah sebagai khalifah. Hal ini dapat dilihat pada surat Al-Baqarah ayat 30 berikut : 
ayat-5.jpg 
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Kekhalifahan menuntut manusia untuk memelihara, membimbing dan mengarahkan segala sesuatu agar mencapai maksud dan tujuan penciptaanNya. Karena itu, Nabi Muhammad SAW melarang memetik buah sebelum siap untuk dimanfaatkan, memetik kembang sebelum mekar, atau menyembelih binatang yang terlalu kecil. Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan agar selalu bersikap bersahabat dengan segala sesuatu sekalipun tidak bernyawa. Al-Qu’an tidak mengenal istilah ”penaklukan alam” karena secara tegas Al-Qur’an menyatakan bahwa yang menaklukan alam untuk manusia adalah Allah. Secara tegas pula seorang muslim diajarkan untuk mengakui bahwa ia tidak mempunyai kekuasaan untuk menundukkan sesuatu kecuali dengan penundukan Allah (Shihab, 1996 : 492-493).
 

KONTEMPLASI  BAGI UMAT ISLAM 

Secara ekologis pelestarian lingkungan merupakan keniscayaan ekologis yang tidak dapat ditawar oleh siapapun dan kapanpun. Oleh karena itu, pelestarian lingkungan tidak boleh tidak harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan secara spiritual fiqhiyah Islamiyah Allah SWT memiliki kepedulian ekologis yang paripurna. Paling tidak dua pendekatan ini memberikan keseimbangan pola pikir bahwa lingkungan yang baik berupa sumber daya alam yang melimpah yang diberikan Allah SWT kepada manusia tidak akan lestari dan pulih (recovery) apabila tidak ada campur tangan manusia. Hal ini diingatkan oleh Allah dalam Surat Ar Ra’d ayat 11 :
 ayat-6.jpg
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan  yang ada pada diri mereka sendiri. 
Umat Islam selalu berkeyakinan untuk tidak terperosok pada kesalahan yang kedua kalinya. Kejadian yang sangat dasyat yang kita alami akhir-akhir ini, sebut saja bencana alam Tsunami misalnya, pencemaran udara, pencemaran air dan tanah, serta sikap rakus pengusaha dengan menebang habis hutan tropis melalui aktifitas illegal logging, serta sederet bentuk kerusakan lingkungan hidup lainnya, haruslah menjadi pelajaran yang sangat berharga. Hal ini ditegaskan oleh dalam firmanNya di dalam surat Al-Hasyr ayat 2 :   ayat-7.jpg 
”Maka ambillah  (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan” 
Bersikaplah menjadi pelaku aktif dalam mengolah  lingkungan serta melestarikannya, tidak berbuat kerusakan terhadap lingkungan, dan selalu membiasakan diri bersikap ramah terhadap lingkungan. 


By. Abu Fadiyah Blog

Senin, 25 Oktober 2010

Bersama Membangun Peradaban

bersama mereka, duduk bersama bergandeng, bukan tanpa maksud, ceria bersama bukan tanpa tujuan, dan berfoto bersama bukan sekedar narsis, lebih  dari itu para pemikir dan cendekia ini sedang merenung bersama dan mencari jalan keluar tentang permasalahan bangsa yang kian ahri kian menumpuk,,,saat duduk berjejer dengan wajah tersenyum, itu adalah ekspresi bayangan bagaimana kita menyaksikan masa depan bangsa kita nanti jika kelak keluar dari berbagai masalah... Itulah yang kami harapkan !! Harapan tentunya tak hanya sekedar angan angan, namun kami mencoba melakukan apa yang kami bisa untuk mewujudkan itu semua,,,salah satu karya kecil kami demi membuat bangsa ini tersenyum adalah mencoba bagaimana bisa membuat anak bangsanya tersenyum,dengan melakukan kegiatan hitanan massal dengan konsep belajar sebelum dikhitan,,,Itulah kami,,yang bisa kami lakukan saat ini adalah kerja kerja kecil seperti itu,,dengan harapan dari kerja2 kecil itu akan membuat kami bisa melakukan yang lebih besar,,
Akhirnya,,mari kita terus bekerja kawan, sekecil apapun kemampuan kita, sekecil apapun karya kita dan jangan pernah merasa kecil karena karya kita dipandang kecil,,karena itu bukan harap kita,,harapan kita MAJU BERSAMA MEMBANGUN BANGSA,,,( cerita ini berlanjut )

Kawan,,walau saat ini kita berada di jalan yang berbeda,,,tapi aku yakin harapan kita masih sama, tujuan kita masih sama, dan cita cita kita akan terus menggantung,,...Semoga dilain kesempatan kita bisa berkumpul kembali tentunya dengan melakukan kerja2 yang lebih besar....SALAM PERJUANGAN untukmu semua
RELAWAN RUMAH ZAKAT Cab Yogyakarta ....

Ketegaran...

Jika ada aral dan batu di jalan ini, mengganggu langka.

Jika ada cuaca dan suasana jalan ini terasa merongrong hati untuk berhenti.

Bila ada peristiwa yang melelahkan air mata dalam hati di jalan ini

tetaplah berjalan jangan berhenti. Kita akan terus berjalan disini

Agar hanya ALLAH yang tau....semua kepahitan dan luka itu bagian dari persembahan, pengabdian dan

pengorbanan untuk NYA. Karena kita disini adalah karenaNya dan untukNya bukan untuk siapa - siapa

Semoga kita ikhlas untuk menerima dan menjalani semua yang tlah menjadi ketetapanNYA..


Jazakumullah Khoiron Katsir,,,Semoga bermanfaat

Di Detik Ke Berapa Akhir Hidup Kita ??

DI DETIK KEBERAPAKAH AKHIR IDUP KITA???

by Teh Anez on Tuesday, January 26, 2010 at 7:46pm
Kita tidak pernah tahu pada detik yang manakah jarum itu akan berhenti ......

“ Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur mu yang telah ditentukan, kemudian kepada ALLAH –lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan ( Q.S Al- An’am : 60)
Dale Caniege pernah berkata : “ To day is the first day of the rest of your life” ( Hari ini adalah hari pertama dari sisa hidupmu)

Adakah diantara kita yang mengetahui berapa lama sisa hidup yang kita miliki? 10 tahun? 10 bulan? 10 minggu? 10 hari? 10 jam? 10 menit ? atau boleh jadi 10 detik lagi sisa hidup yang kita miliki. ALLAH sudah menentukan di detik mana usia kita berakhir.

Pernah kah anda disuatu waktu, ketika anda pulang dari segala aktivitas yang anda kerjakan kemudian anda terduduk dan menatap jarum jam yang bergerak, detik demi detik terus bergerak Lalu hati kecil kita berkatadi detik manakah usia ini akan berakhir?? Lalu seberapa banyak bekal yang sudah dipersiapkan?

“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang diantara kamu ; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku samapai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang – orang yang saleh? Dan Allah sekali kali tidak akan menagguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. “ Dan ALLAH maha mengenal apa yang kamu kerjakan” (Q.S Al Munaafiqun : 10-11)

Ketika detik itu sampai pada kita, apa yang bisa kita lakukan? Tidak ada! Mungkin sebuah penyesalan, di dalam ayat tersebut digambarkan sebuah penyesalan orang yang sudah menemui jalannya.
Kita semua tahu, penyesalan selalu datang kemudian Hanya saja kita karena kita belum mengalaminya, tak jarang kita melakukan hal-hal yang sesungguhnya kita tahu itu akan membuahkan penyesalan

Abu Hurairah menangis ketika sakit menjelang kematiannya Lalu, ada yang bertanya “Kenapa anda menangis? ‘beliau menjawab,” aku tidak menangs dunia kalian, tetapi aku menangis jauhnya perjalananku serta sedikitnya bekalku. Sesengguhnya aku berdiri di atas syurga dan neraka, tetapi aku tak tahu kemana aku hendak dibawa”

Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan, berkata : “ Tak ada orang yang bisa menempatkan kematian sebagaimana mestinya, kecuali orang yang melihat hari esok bukan bagian umurnya. Berapa banyak orang yang menghadapi hidup hari ini, tapi ia tak bisa menyempurnakan nya sehingga tak sampai hari esok Sungguh, sekiranya kamu melihat ajal dan perjalannya, pastilah kamu akan membenci angan – angan dan tipu dayanya..

Coba sekarang anda lihat jam dinding, jarum jam itu terus berdetak hingga saat batrainya habis, tapi kita tidak pernah tahu pada detik yang manakah jarum itu akan berhenti. Begitu pula dengan jantung kita terus berdetak hingga saatnya tiba, kita tidak tahu di detik yang manakah akhir dari perjalanan hidup kita untuk itulah persiapkan diri kita, agar kapanpun waktu itu datang, kita siap untuk menghadapinya

Nu’aim Bin Hamad meriwayatkan, dri Abdullah Bin Mas’ud ia berkata, “cukuplah kematian sebagai penasehat, Cukuplah keyakinan sebagai kekyaan dan cukuplah ibadah sebagai kesibukan “Semoga ini menjadi wasilah bagi kita semua. Amin.. Wallahu a’lam bishawab